MASA LALU vs MASA DEPAN



Sudah lama aku tidak menulis lagi. Oke, sekarang waktunya posting lagi.
Seminggu belakangan ini aku baru saja pindahan kosan. Huhu… kerja keras euy, mindahin barang-barang yang sebenarnya sedikit yang sering dipake. Tapi kalau dikumpulin bejibun juga ternyata. Nah, aktivitas pindahan tidak hanya capek di moving aja. Adegan beres-beres ditempat baru pun cukup menguras tenaga. Menata dan mengatur. Menyimpan dan membuang barang-barang yang sekiranya tidak digunakan lagi. Sambil beres-beres iseng ngeliat-liat catetan-catetan usang masa lalu. Masa saat aku masih lugu dan imut-imut. Sambil jari-jari sibuk membuka halaman demi halaman, mata sibuk membaca-baca, maka mulut pun sibuk mengembang beberapa kali dan otak sibuk berimajinasi, seakan semua indera digiring ke masa lalu dalam sesaat. Mengingat-ingat apa saja yang sudah aku lakukan dulu. Huhu, ternyata walaupun aku bukan sosok yang penuh prestasi, aku baru sadar bahwa aku dulu adalah sosok pembelajar yang selalu semangat menerima ilmu apapun. Namun, yang sedikit mengecewakan, aku kurang bisa mengaplikasikan apa yang sudah aku dapatkan. Hingga keinginan untuk berprestasi pun kurang membakar jiwaku.
BTW, talking about dreams..
Aku mulai merasakan sebuah mimpi untuk mendapatkan sesuatu yang sangat aku inginkan adalah saat detik-detik aku akan memasuki gerbang kampus yang pastinya berbeda dunia dengan saat-saat sekolah. Disitu aku mulai merasa untuk perlu memperjuangkan nasibku. Itu masih sebatas keinginan untuk mendapatkan apa yang aku impikan. Ya, minimal aku mendapatkannya, nggak harus mendapatkan hasil yang terbaik. Namun seiring dengan berjalannya waktu, aku mulai merasa bahwa memang aku harus melakukan yang terbaik dari apa yang aku inginkan. Tapi tetep, hasil diserahkan pada yang berwenang menentukan takdir hidupku. Yang penting mah udah berusaha sebaik-baiknya.
Saat sampai pada sebuah lembar impian masa lalu, aku sedikit merinding dengan apa yang sudah aku tuliskan dulu. Sebuah keinginan yang istilahnya disebut sebagai sebuah impian, maka kini itu sudah didepan mata. Terwujud gan!!! Alhamdulillah. Aku sadar sih bahwa apa yang aku inginkan tercapai. Tapi saat aku melihat tulisan itu, aku seakan merasakan ruh harapan dan semangat yang menggebu-gebu untuk mendapatkannya saat itu. Aku ingat, perjuangan saat itu bagitu manis aku rasakan. Padahal riilnya, asem, pahit, getir aku rasakan. Namun entahlah, aku bisa begitu menikmatinya sebagai sesuatu yang menyenangkan, seni dalam perjuangan bagiku. Aku seperti mendapat kekuatan yang luar biasa yang sebelumnya tidak pernah hinggap dalam diriku. Sampai-sampai adikku pada nanya, “tumben sih mbak, rajin?” aku cuma membalasnya dengan senyuman optimis dan positif thinking. Saat itu aku tidak memikirkan, entar aku bener-bener bisa nggak sih? Yang dipikiranku saat itu adalah, yang penting aku harus berusaha. Masalah hasil, itu urusan belakang. Sebenarnya dulu aku galau juga, bisa nggak sih, anak kampung yang males belajar kayak aku bisa sekolah jauh. Di tempat yang nggak main-main dan dengan rival yang luar biasa banyaknya. Secara, rumahku, di tengah-tengah Jawa Timur, tiba-tiba aja mau pergi merantau mencari ilmu di daerah yang masih sangat asing bagiku, tanah pasundan, di tengah-tengah daratan Jawa barat. Dan, ternyata, aku bisa!! Alhamdulillah…
Apakah sampai disini mimpiku?? Hoho, tidak akan aku biarkan sejarah ceritaku aku endingkan sampai disini. Masih akan aku buat cerita hidup yang lebih dramatis lagi. Membuat berbagai macam mimpi dan membuat big dreams lagi. Apa itu???



NETHERLAND
Yeah, that’s the next of my dreams. Why’s netherland? I think, netherland is the right place with my passion, all about horticulture. From down-stream subsystem until up-stream subsystem. This country had been popular with its academic institution. There are many place to study everything about horticulture. My lectures also had been go there to learning. So, I’ll do it too.
Sampai disitu?? Oh no, I’ll make other dreams as much as possible I can get it. Oke, guys, are you ready to make one like me?
Lets we make it more and more, then, get it!!!

DEMI WAKTU


Ini bukan ikut-ikutan ataupun terinspirasi judul lagunya Ungu lho. Tapi emang saya lagi pengen ngebahas nih topik.
Waktu, sesuatu yang bisa dikatakan nyawa atau kesempatan hidup masing-masing dari pribadi kita. Ia tidak pernah mengenal kompromi dan kerjasama. Ia bisa menjelma menjadi sosok yang baik karena telah memberikan banyak peluang-peluang emas pada kita namun dalam waktu yang bersamaan ia bisa menjelma menjadi pembunuh berdarah dingin bagi individu-individu yang tidak sadar betapa pentingnya ia.
Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali mereka yang saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.
Lalu tergolong manusia yang manakah kita? Beruntung ataukah yang merugi? Mari kita sama-sama mengevaluasi diri. Tidak saja saat kita melakukan kesalahan yang besar, namun seharusnya dalam setiap tarikan nafas paru-paru, setiap detak jantung, akal senantiasa berpikir dan hati senantiasa merenung. Sudahkah berguna waktu yang telah kita lewati barusan? Sudah beruntungkah kita karena telah memanfaatkan peluang-peluang luar biasa yang sebelumnya telah menyapa kita?
Ayo kita sama-sama saling megingatkan. Saat mungkin apa yang saya tuliskan merupakan sebuah kesia-siaan, atau mungkin saat diri ini lengah akan sebuah kesempatan. Ayo kita sama-sama meraih kesuksesan hidup dengan memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya sebelum nantinya kita menyesal dengan semua yang telah terjadi dan tidak akan pernah kembali walaupun sampai kita menangis darah. Oke, ayo semangat memperbaiki diri!!!!

BANGSA DAN IDOLA


Sedikit banyak saya miris melihat orang-orang yang saya sayangi. Teman, tetangga, dan bangsa Indonesia ini secara keseluruhan. Diakui ataupun tidak, bangsa ini seperti sedang kehilangan sebuah jati diri. Banyak hal yang menjadi indikatornya. Dilihat dari tingkah laku sebagian besar dari kita yang banyak mengidolakan orang-orang yang sebenarnya tidak patut untuk diidolakan. Betapa jelas tingkah buruk dan skandal-skandal yang mereka perbuat, namun dengan bangganya mereka mengakui aib-aib mereka sebagai sesuatu yang wajar dan seakan-akan tidak menyalahi aturan. Tetap pede didepan khalayak dan merasa pantas untuk dijadikan public figure. Lalu, bagaimana seharusnya kita bersikap terutama terkait peran kita? Mungkin respon kita acuh tak acuh. Toh, saya sudah tahu mana yang baik dan mana yang benar secara hukum moral. Namun, apakah kita akan membiarkan mereka merusak adik-adik kita yang masih bingung mencari jati diri yang sebenarnya? Sungguh sangat berbahaya, mematikan karakter. Sudah seharusnya, kita sebagai warga Negara yang mengerti dan peduli untuk bersikap kritis dan  tidak diam saja. Berusaha menuntun adik-adik dan masyarakat yang rabun menuju kearah yang lebih menyelamatkan. Atau minimal kita tidak ikut-ikutan latah mengidolakan orang-orang yang tidak seharusnya. Oke, selamat berkontribusi untuk Indonesia yang lebih baik…

TENTANG SEBUAH KENISCAYAAN

Beberapa hari yang lalu, aku mendapat kabar yang kurang menyenangkan dari temanku yang begitu dekat. Ya, walaupun setiap yang benyawa pasti akan menghadapinya, namun tetap saja diri ini merasa kenapa semua itu begitu cepat. Aku tidak tahu bagaimana perasaan temenku yang kehilangan, semoga saja ketabahan mengalir dalam nadinya di kehidupan setelah ini. Aku tahu dia sudah paham dengan semuanya, tentang sunatullah, dan bagaimana dia harus bersikap. Aku percaya dia bisa, dan semoga Allah senantiasa menguatkannya.
Ngomongin masalah satu ini, aku jadi ingat tentang sebuah hadist, bahwa orang yang paling cerdas adalah orang yang senantiasa ingat akan kematian. Bukan karena kita ingat mati, hidup menjadi pesimistis, ya udahlah, ntar kita juga bakal mati juga akhirnya, mending sekarang perbanyak doa aja deh, buat bekal disana. Tidak, bukan begitu. Tapi justru dengan mengingat mati, kita menjadi terpacu untuk melakukan segalanya dengan usaha terbaik, meninggalkan prestasi sebanyak yang kita mampu, megukir nama dalam sejarah sehingga keberadaan kita bisa dirasakan oleh banyak generasi, nama masih mengangkasa di atmosfer, walaupun raga kita mungkin sudah lama berkalang tanah di dalam bumi.
Lalu sampai saat ini, kita yang ngakunya makhluk bernyawa, sudah menghasilkan apakah? Padahal kematian tidak akan diketahui masanya. Mungkin besok, nanti, sejam lagi, bahkan mungkin sedetik lagi! Hua… jangan dong, terlalu mendadak itu mah. Nah makanya, ayo sama-sama saling mengingatkan untuk senantiasa melakukan setiap aktivitas dengan kemampuan terbaik kita. Apalagi kalau setiap aktivitas tersebut diniatkan sebagai ibadah, mengharap ridhoNya, wah tambah mantap gan pahalanya. Lebih berlipat-lipat gedenya daripada yang cuma doa doang tadi. Untuk mengabadikan peran, untuk mengukir nama, untuk mendapatkan saluran yang dapat mengalirkan pahala terus-menerus, kuncinya, MENULIS… tentang apapun itu, tergantung, kita expert dibidang mana.  Untuk awal-awal ini, ya menulis blog tentang hal yang masih remeh-temeh namun masih berasa manfaatnya. Hhee..
Yah, walaupun tema kematian udah sering diangkat, ini hanya sebagai pengingatan, untuk diri sendiri, juga orang lain. Untuk temanku itu, sabar ya sayang. Innallaha ma’ash shobirin…

SEDIKIT TENTANG SAYA


Ingin tertawa saya kalau saya melihat diri saya ini. Entahlah, tapi saya merasa katrok (ndeso) banget. Ini adalah blog pertama saya dan saya merasa beruntung banget bisa mengenal blog. Sebenarnya dari SMA dulu saya sudah tahu apa itu blog, namun saya nggak begitu tertarik. Lhah gimana lagi, dulu pas SMA saya tergolong orang yang sibuk (alah sok-sok an). Dan dirumah nggak ada komputer, apalagi kalau harus ke warnet, harus menempuh perjalanan berjam-jam (itu kalau jalan kaki sih, kalau naik motor paling cuma 15 menit. Hhe..). Untuk ngerjain tugas aja saya ogah-ogahan ke warnet, apalagi cuma sekedar ngeblog.  Males gila. Saat itu saya kurang tahu, apa sih enaknya ngeblog, eh kesini-sininya saya baru tahu bahwa ngeblog tuh buanyak buanget manfaatnya. Yah, walaupun saya tergolong telat, tapi saya akan tetap berusaha untuk mengejar ketertinggalan saya.
Btw, saya mau sedikit mengenalkan siapa pribadi saya yang sebenarnya. Ini bukan untuk mencari jodoh (lhoh’’), tapi ini merupakan bentuk usaha saya untuk memperkenalkan diri  terlebih dulu, membuka diri sebelum saya meminta temen-temen semua menjadi temen saya (bahasanya belibet :D).
Saya adalah sosok yang bisa dibilang biasa-biasa saja. Sampai detik ini, belum ada prestasi yang secara kasat mata saya ukir. Mungkin ini imbas dari pribadi saya yang memang kurang terpacu lingkungan untuk berprestasi secara sungguh-sungguh. Tapi bagi saya, prestasi bukan melulu sesuatu yang identik dengan hal-hal yang berbau piagam penghargaan atau medali. Namun lebih dari itu, cita-cita saya adalah to be inspiring people. Syukur-syukur bisa inspiratif sekaligus berprestatif. Hidup ini bisa dibilang sangat singkat. Nah, dengan singkatnya waktu, setidaknya saya ingin nama saya akan senantiasa bermanfaat untuk lingkungan walaupun nantinya saya sudah game over. Yang memiliki mimpi seperti saya, ayo bekerjasama membangun mimpi…

MAHASISWA, ANTARA STATUS DAN PERANAN



Bukan istilah baru lagi bahwa pemuda adalah the agent of change. Bahkan sambil ngiler di atas kasur pun, kita pasti dapat meneruskan jargon tersebut seandainya ada yang iseng ngasih tebakan. Namun, sudah sejauh manakah pernyataan tersebut telah kita pahami dalam alam bawah sadar kita sehingga tanpa perlu diingatkan lagi, seluruh perilaku kita tersetting benar-benar kearah sana.
Disini saya tidak akan membicarakan kita hanya sebagai seorang pemuda, namun, lebih dari itu saya akan mengajak kita memikirkan kembali tentang peranan kita sebagai seorang mahasiswa. Ya, mahasiswa dari dulu identik dengan kaum elit intelektual yang sering diandalkan sebagai penggerak roda pembaharu. Tidak perlu saya cek lagi, kita semua pasti sudah sangat hafal dengan kronologi peristiwa bersejarah pada tahun 1998. Dimana mahasiswalah yang dengan idealismenya, mereka mampu menggulingkan dinasti kekuasaan Soeharto. Mahasiswa yang memiliki kemampuan intelektual tertinggi dan ditunjang oleh jiwa yang masih berapi-api. Hingga patut diingat pula peristiwa berdarah trisakti yang telah memakan korban para pemuda militan yang telah memperjuangkan sebongkah arti keadilan dan kesejahteraan.
Itu masa lalu..
Sekarang mari kita memutar kepala dan menatap ke depan. Silahkan mencari sosok mahasiswa dan amati (atau kalau nggak ada, tengok kanan-kiri juga boleh). Masihkah ia seperti mahasiswa yang dulu digambarkan?
Sedikit miris dengan apa yang telah terjadi saat ini. Saat Negara ini dirundung mendung tebal karena ulah para penguasanya. Saat banyak rakyat merangkak dan bersimbah ketidakberdayaan hanya untuk mempertahankan keberlangsungan detak jantungnya. Saat para pemburu kekayaan dengan sangat rakus meraup sebanyak-banyak rupiah dengan segala cara. Saat para public figure semakin menampakkan kebrobrokan moral yang dibuat seakan-akan itu adalah hal yang wajar. Saat adik-adik ABG kita sedang galau mencari jati diri mereka. Dan saat semuanya begitu terasa rumit untuk diselesaikan. Dimanakah posisi kita saat ini sebagai seorang mahasiswa?
Sudahkah kita geram dan bergerak saat mengetahui ketidakberesan di palemen sana? Sudahkah kita menangis saat mengetahui tetangga atau orang-orang di sekeliling kita yang hanya mampu mengumpulkan nasi aking untuk makannya hari itu? Sudahkan kita kritis terhadap tingkah polah yang tidak jelas bahkan tidak layak untuk diperlihatkan oleh orang-orang yang dijadikan idola sebagian besar masyarakat? Sudahkah kita tergerak untuk mengulurkan tangan dan menuntun calon generasi pengganti kita kelak saat mereka kehilangan pegangan hidup dan bingung harus lari kemana? Apa yang sudah kita lakukan sebagai seorang mahasiswa?
Kini saya ajak Anda untuk terjun ke realitas kehidupan mahasiswa. Tidak memungkiri bahwa ada beberapa yang masih care dengan kehidupan social dan lingkungan. Namun, sering saya tersenyum kecut (untung masih bisa tersenyum) saat mendapati ada saja mahasiswa yang masih pusing saat muncul satu jerawat di jidatnya. Padahal di tempat lain, banyak orang yang untuk mendapatkan air bersih untuk mandi saja sulit. Banyak mahasiswa yang frustasi saat dirinya sebulan nggak ada yang ngapelin, padahal di tempat lain, banyak anak-anak jalanan yang miskin kasih sayang. Orang yang seharusnya mengayomi mereka pun tidak bisa berbuat apa-apa selain memaksa dan memforsir mereka ikut terjun ke jalanan untuk mencari receh demi receh penyambung hidup. Saat kita bingung mau makan apa, di sepetak tanah lain, ada keluarga yag bingung mencari apa yang bisa dimakan. Saat kita dengan bebasnya tertawa dan bercanda, ternyata di waktu yang sama, di belahan bumi yang lain, ada seorang insan yang sedang meratapi makam orang yang selama ini menjadi tulang punggungnya. Sadarkah kita?
Tunggu, bukannya saya melarang mahasiswa tidak melakukan itu semua. Wajar saja saat kita mengalami apa yang sudah saya sebutkan di atas. Secara, mahasiswa juga manusia. Namun, seyogyanya, kita tidak berlebihan dalam mencukupi diri sedangkan Negara ini sedang membutuhkan tenaga dan pikiran kita untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Ingat, mahasiswa bukanlah hanya sebatas status dan senjata untuk mencari kerja yang layak nantinya. Namun lebih dari itu, mahasiswa adalah kasta yang paling dibanggakan dalam sebuah komunitas. Ada amanah-amanah yang secara de facto telah diletakkan di bahu-bahu kita tanpa adanya perjanjian tertulis. Ibarat pilm di tipi-tipi, kemenangan akan diraih setelah sekian lama diperjuangkan oleh tokoh utama. Sunnatullah kalau kebenaran itu pasti menang. Namun yang jadi pertanyaan, akankah kita menjadi tokoh yang ikut berperan dalam meraih kemenangan itu ataukah hanya sebatas sebagai penonton peradaban?
Sedikit selingan, saya jadi ingat saat danus pakaian bekas di pasar kaget kemarin. Sambil menunggu pembeli, ada temen saya yang cerita, bahwa pakaian-pakaian bekas ini dapat dijual sedikit lebih mahal dan bisa habis dalam waktu yang lumayan singkat. Alasannya sederhana, karena pakaian-pakaian tersebut bekas mahasiswa. Saya tersenyum, ternyata mahasiswa lumayan dikultuskan sama orang-orang sini. Apalagi mereka yang istilahnya wong cilik. Yang sering ditipu orang-orang berpangkat dan dengan kepolosan jiwa, mereka menaruh harapan kepada kita mahasiswa agar kelak kita mampu membuat perubahan terhadap kondisi Negara yang cukup carut marut ini.
Dan akhirnya, sudah cukup jelas ternyata posisi kita selaku sebagai seorang mahasiswa. Tidak hanya privat oriented, tapi sudah seharusnya untuk mulai memikirkan public oriented. Maaf kalau tulisan ini kental dengan status saya sebagai staff soskemas BEM FEM IPB. Ini hanya pengingatan akan peranan kita yang sebenarnya sangatlah universal, tidak parsial dan dangkal, sebatas 3K, kampus-kantin-kosan. Oke, selamat membangun peradaban, menuju Indonesia yang lebih baik. FEM DAHSYAT!!!

Another Templates

TIMES NOW


Followers

Kunjungan

About

Blogroll

Blogger templates

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

bahasa bumi

Popular Posts

Tentang Saya

Foto saya
kini saya menjadi seseorang yang merantau jauh-jauh hanya untuk sesuap ilmu. berharap ilmu yang didapatkan mampu membuat perubahan ke arah yang lebih baik tidak hanya untuk saya pribadi tetapi juga untuk lingkungan sekitar saya. berpetualang dan jalan-jalan menjadi hobbi saya. bukannya aktivitas tanpa makna, tetapi terlebih saya memang suka ke tempat baru, bertemu dengan orang-orang baru dan mengais pengalaman-pengalaman baru. jadi, yuk main..

Cari Blog Ini